Konsep Perbuatan Manusia dalam Teologi Islam dan Interpretasinya terhadap Takdir Perspektif KH. Bahauddin Nur Salim

Authors

  • Nimas Nadia Wafiq Muthia UIN KH. Abdurrahman Wahid Author
  • Muhammad Rifai Subhi UIN KH. Abdurrahman Wahid Author

Keywords:

Takdir, Teologi, Asy’ariyah, Muktazilah, Gus Baha

Abstract

Persoalan teologi dalam kajian perbuatan manusia smembahas tentang kebebasan atau keterpaksaan manusia untuk melakukan perbuatannya sendiri, serta pandangan tentang batasan penempatan diri manusia dalam melakukan perbuatan atas kehendak Tuhan. Aliran Jabariyah, memandang manusia tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan perbuatannya sendiri, karena hal itu adalah takdir tuhan. Sedangkan aliran Qadariyah memandang bahwa manusia sendirilah yang menentukan perbuatannya, bukan tuhan. iskursus dan dialektika tentang hal ini, terus marak sejak zaman klasik Islam hingga zaman modern sekarang. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud memaparkan berbagai pandangan ulama klasik yaitu muktazilah dan asy’ariyah dalam menanggapi berbagai problematika persoalan perbuatan manusia beserta kaitannya dengan keimanan terhadap qadla dan qadar. Yang kemudian dikomparasikan dengan perspektif ulama kontemporer masa kini, yaitu KH. Bahauddin Nur Salim. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berjenis library research (penelitian kepustakaan). Dengan menelusuri data kepustakaan, meliputi buku, artikel dan jurnal, penulis mengobservasi data-data yang telah terkumpul. Selain itu, penulis juga mengkomparasikan data dari platform Youtube untuk memahami perspektif ulama KH. Bahauddin Nur Salim mengenai perbuatan manusia terhadap interpretasi takdir yang dibahas di penelitian ini. Selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan menginventarisasi dan mengklasifikasi data yang telah terkumpul untuk kemudian dilakukan pendeskripsian secara sistematis dan objektif. Hasilnya, pendapat Gus Baha, memaparkan tentang Ketetapan Allah (taqdir), bahwa segalanya adalah kehendak Allah. Tentang kemaksiatan, kita diperintah untuk taat terhadap perintah Allah, yaitu membencinya. Sekaligus tetap yakin, bahwa hal tersebut adalah tetap dalam kehendak Allah. Menurut Gus Baha, kita tidak perlu terlalu banyak tanya untuk kelogisan hal tersebut, karena hal tersebut termasuk hukum tauhid.

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2024-12-08